Jakarta, 6 Maret 2025 – Dalam rangka memperingati 100 tahun kelahiran Pramoedya Ananta Toer, salah satu sastrawan terbesar Indonesia, Gramedia merilis cetak ulang beberapa karyanya yang telah menjadi warisan sastra nasional pada Rabu (19/2/2025). Sejumlah buku legendaris Pramoedya, termasuk tetralogi Bumi Manusia, kembali hadir di rak-rak toko buku untuk mengenalkan kembali pemikiran serta kritik sosial yang terkandung dalam tulisannya kepada generasi baru.
Cetak ulang ini
mencakup beberapa judul ikonik seperti Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak
Langkah, dan Rumah Kaca. Selain itu, buku lain seperti Gadis Pantai dan Perawan
Remaja dalam Cengkraman Militer juga mendapat edisi terbaru dengan desain
sampul yang lebih modern. Langkah ini diharapkan dapat menarik lebih banyak
pembaca muda yang belum mengenal karya Pramoedya.
Cover
Baru Buku Tetralogi Pulau Buru (Tangkapan Layar Instagram @penerbitkpg)
Kini, sampul dari
empat buku Tetralogi Pulau Buru dicetak dengan sampul yang lebih sederhana dan
mengambil warna biru. Dilihat dari akun Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
disebutkan bukunya dicetak ulang dengan edisi Seabad Pram. "Dengan warna
sampul kesukaan Pramoedya Ananta Toer," tulis @penerbitkpg.
“Pramoedya adalah salah satu penulis paling berpengaruh di Indonesia. Karyanya tidak hanya menyajikan kisah sejarah, tetapi juga refleksi mendalam tentang bangsa ini. Kami ingin memastikan bahwa generasi muda tetap bisa mengakses pemikirannya,” ujar Yuli Pujihardi, perwakilan dari Gramedia, dalam acara peluncuran di Jakarta, Selasa (6/2).
Peringatan satu
abad Pramoedya juga diramaikan dengan berbagai diskusi sastra, pameran buku,
serta pemutaran film yang diadaptasi dari novelnya. Salah satu acara yang
menarik perhatian adalah seminar bertajuk Pramoedya dan Relevansi Karyanya di
Era Digital, yang menghadirkan sastrawan, akademisi, serta para pembaca setia
Pramoedya.
Kritikus sastra
Maman S. Mahayana menilai, cetak ulang ini merupakan langkah positif untuk
menjaga relevansi karya Pramoedya. “Tulisan-tulisan Pram masih sangat aktual.
Ia menulis tentang perjuangan, kemanusiaan, dan keadilan nilai-nilai yang tetap
penting hingga sekarang,” ujarnya.
Pramoedya Ananta
Toer lahir pada 6 Februari 1925 di Blora, Jawa Tengah. Semasa hidupnya, ia
banyak menulis novel, esai, dan artikel yang menyoroti ketimpangan sosial serta
sejarah Indonesia. Akibat kritik tajam dalam karyanya, ia sempat mengalami
pemenjaraan, baik di era kolonial maupun Orde Baru. Meskipun demikian,
tulisan-tulisannya tetap bertahan dan menjadi bacaan wajib bagi mereka yang
ingin memahami perjalanan bangsa ini.
Dengan pencetakan ulang ini, Gramedia berharap agar warisan pemikiran Pramoedya terus hidup dan menginspirasi generasi mendatang.
“Kami ingin memastikan bahwa suara dan gagasannya tetap bergema, bahkan setelah satu abad kelahirannya,” pungkas Yuli Pujihardi.
Peringatan 1 abad Pramoedya bukan hanya momentum untuk mengenang sang maestro, tetapi juga ajakan untuk kembali menyelami pemikirannya dalam membangun kesadaran sejarah dan identitas bangsa.