Di
era digital yang terus berkembang, TikTok menjadi wadah bagi berbagai tren
kreatif yang menarik perhatian. Salah satu tren yang semakin populer di
kalangan pecinta buku adalah re-binding, yaitu proses menjilid ulang dan
mendesain kembali sampul buku agar terlihat lebih menarik dan personal. Tidak
hanya mengganti sampul dengan bahan baru, tren ini juga sering kali melibatkan
elemen dekoratif seperti tulisan tangan, emboss, foil stamping, bahkan
ilustrasi yang membuat buku tampak seperti koleksi eksklusif.
Awalnya,
tren re-binding ini muncul sebagai bentuk ekspresi diri bagi para pembaca yang
ingin menghadirkan sentuhan pribadi pada buku favorit mereka. Sampul asli yang
sering kali terlihat standar atau tidak sesuai dengan estetika pribadi menjadi
alasan utama mengapa banyak orang memutuskan untuk memodifikasinya. Beberapa
dari mereka merasa bahwa re-binding bukan hanya sekadar mempercantik buku,
tetapi juga cara untuk membuat koleksi mereka lebih spesial dan memiliki
karakter unik yang tidak dimiliki buku lain.
Proses
re-binding sering kali dimulai dengan melepas sampul lama secara hati-hati agar
tidak merusak isi buku. Setelah itu, kreator akan membuat sampul baru dengan
bahan seperti kain, kulit sintetis, atau kertas khusus yang memiliki tekstur
dan warna sesuai dengan konsep desain yang mereka inginkan. Salah satu bagian
paling menarik dari tren ini adalah sentuhan personal yang diberikan melalui
teknik seperti foil stamping, yaitu pencetakan teks atau gambar dengan efek
emas atau perak yang memberikan kesan mewah. Selain itu, teknik embossing juga
sering digunakan untuk menciptakan efek timbul pada tulisan atau dekorasi,
sehingga menambah kesan eksklusif dan premium.
Tak
hanya itu, banyak kreator juga memilih teknik hand lettering, yaitu menulis
langsung di sampul menggunakan tinta khusus atau cat. Biasanya, mereka
menambahkan kutipan favorit dari buku tersebut, nama mereka, atau bahkan
ilustrasi yang menggambarkan isi cerita di dalamnya. Hal ini tidak hanya
meningkatkan nilai estetika, tetapi juga membangun kedekatan emosional antara
pemilik buku dan karyanya. Seiring berkembangnya tren ini, beberapa kreator
mulai bereksperimen dengan printing on book cloth, di mana desain khusus
dicetak langsung pada kain sebelum dijadikan sampul buku.
Fenomena
re-binding buku ini juga membawa dampak positif bagi dunia literasi. Banyak
orang yang sebelumnya kurang tertarik membaca menjadi lebih bersemangat ketika
melihat buku-buku dengan sampul yang lebih menarik dan personal. Bahkan, ada
komunitas yang mulai mengadakan lokakarya dan acara berbagi untuk mengajarkan
teknik re-binding kepada lebih banyak orang, menjadikannya sebagai bagian dari
gerakan mendukung literasi. Dengan munculnya berbagai inovasi baru, seperti
teknik penjilidan yang lebih kuat dan penggunaan bahan ramah lingkungan, tren
ini terus berkembang dan menginspirasi lebih banyak orang untuk menciptakan
karya mereka sendiri.
Di
media sosial, terutama TikTok, banyak kreator berbagi perjalanan mereka dalam
membuat sampul buku yang benar-benar unik. Proses yang awalnya terasa rumit
menjadi lebih mudah dipahami melalui video tutorial dan tips yang mereka
bagikan. Kreator seperti Becca’s Book Bindery dan That’s My Bookshelf adalah
beberapa contoh akun yang rajin mengunggah proses re-binding mereka,
menunjukkan betapa menariknya seni ini.
Re-binding
buku bukan hanya sekadar memperindah tampilan fisiknya, tetapi juga memberikan
pengalaman baru bagi pembaca. Buku yang mungkin sebelumnya hanya menjadi bagian
dari rak koleksi kini memiliki cerita tambahan—bukan hanya dalam isi halaman,
tetapi juga dalam bagaimana buku itu dibuat ulang oleh tangan pemiliknya. Dalam
dunia yang semakin digital, tren ini mengingatkan kita bahwa buku fisik tetap
memiliki daya tarik tersendiri dan dapat menjadi medium ekspresi yang lebih
personal.