Era Orde Baru adalah salah satu periode yang penuh dengan dinamika politik, sosial, dan budaya di Indonesia. Dengan panjangnya waktu yang mencakup lebih dari tiga dekade, banyak peristiwa besar yang membentuk wajah negara ini. Bagi banyak penulis, masa Orde Baru menjadi tema yang sarat dengan refleksi dan kritik sosial yang mendalam, yang bisa dirasakan melalui karya-karya sastra. Jika Anda tertarik mengeksplorasi sisi lain dari sejarah Indonesia pada masa tersebut, berikut adalah beberapa buku fiksi yang dapat membantu membuka pemahaman tentang Orde Baru, sekaligus memberikan pengalaman membaca yang menarik dan menyentuh.
Tetralogi Buru - Pramoedya Ananta Toer
Tidak bisa dipungkiri bahwa salah satu karya sastra terbesar yang berkaitan dengan masa Orde Baru adalah Tetralogi Buru karya Pramoedya Ananta Toer. Tetralogi ini terdiri dari empat buku: Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca. Meskipun karya ini pertama kali ditulis pada akhir 1970-an dan awal 1980-an, keberaniannya dalam menyuarakan kritik terhadap penguasa Orde Baru membuat karya ini tetap relevan hingga kini.
Cerita dalam Tetralogi Buru berfokus pada Minke, seorang pemuda pribumi yang berjuang melawan ketidakadilan kolonialisme Belanda serta mempertanyakan otoritas politik di masa penjajahan. Meskipun latar belakang cerita adalah masa kolonial, banyak tema yang juga mencerminkan kehidupan politik dan sosial di Indonesia pada masa Orde Baru. Kritik terhadap otoritarianisme, perbedaan kelas sosial, dan ketidakadilan yang ada dalam masyarakat menjadi cermin nyata yang mencerminkan kondisi Indonesia pada masa itu.
Pulang - Leila S. Chudori
Buku Pulang karya Leila S. Chudori mengangkat tema pengasingan politik yang dialami oleh banyak tokoh Indonesia pada masa Orde Baru. Dalam novel ini, Leila menggambarkan kehidupan para eksil yang terpaksa meninggalkan Indonesia akibat peristiwa 1965 dan situasi politik yang memanas. Tokoh utama, Sirkus, harus menjalani kehidupan di Paris setelah pelarian dari Jakarta, sementara di Indonesia terjadi perubahan besar dalam politik dan masyarakat.
Pulang tidak hanya bercerita tentang pengasingan, tetapi juga tentang identitas dan perasaan rindu terhadap tanah air. Chudori dengan elegan menggambarkan bagaimana Orde Baru mengubah kehidupan banyak orang, terutama mereka yang memiliki pandangan politik yang berbeda dengan rezim saat itu. Buku ini mengajak pembaca untuk merenungkan dampak dari otoritarianisme terhadap kehidupan individu, baik yang berada di dalam negeri maupun yang terpaksa meninggalkan tanah air.
Laut Bercerita - Leila S. Chudori
Selain Pulang, Leila S. Chudori juga menulis karya lain yang menyentuh tentang kehidupan pada masa Orde Baru, yaitu Laut Bercerita. Novel ini menyajikan kisah tentang seorang wanita bernama Samara yang kembali ke tanah kelahirannya setelah lama berada di luar negeri. Di balik perjalanan Samara yang tampaknya sederhana, terungkaplah kisah-kisah penuh penderitaan, kehilangan, dan kenangan akan masa-masa yang gelap di bawah rezim Orde Baru.
Dalam Laut Bercerita, Chudori menyelami kedalaman psikologis tokoh-tokohnya, serta menggambarkan bagaimana trauma akibat peristiwa-peristiwa besar, seperti pembantaian tahun 1965, terus membekas dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Melalui novel ini, pembaca dapat merasakan betapa kuatnya dampak masa lalu terhadap kehidupan orang-orang yang terlibat dalam sejarah kelam tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Amba - Laksmi Pamuntjak
Buku Amba karya Laksmi Pamuntjak juga merupakan karya sastra yang menyoroti peristiwa sejarah Indonesia yang berhubungan dengan masa Orde Baru, khususnya tragedi 1965. Novel ini menggambarkan kisah cinta antara Amba dan Sjaif, yang terpisah oleh berbagai peristiwa besar yang terjadi di tanah air. Dalam cerita ini, Laksmi Pamuntjak dengan cermat menggambarkan bagaimana kekejaman politik Orde Baru menghancurkan kehidupan banyak orang, terutama mereka yang terlibat dalam Gerakan 30 September (G30S).
Melalui kisah Amba dan Sjaif, Pamuntjak mengajak pembaca untuk menyelami penderitaan yang dialami oleh mereka yang menjadi korban dari politik balas dendam Orde Baru. Selain itu, Amba juga menyoroti bagaimana sebuah cinta bisa bertahan meskipun terhalang oleh waktu dan kekerasan sejarah.
Saksi - Agus Noor
Lautan Bercerita dan Amba lebih banyak berkisar pada tokoh-tokoh yang mengalami dampak sosial-politik masa Orde Baru di luar negeri, sementara Saksi karya Agus Noor memberikan perspektif berbeda tentang mereka yang berada di dalam negeri, khususnya para korban yang terlibat dalam berbagai kekerasan politik. Dalam Saksi, Noor menggambarkan sosok seorang pria yang harus menyaksikan kehancuran hidupnya akibat keterlibatannya dalam sebuah tragedi sejarah yang terjadi di bawah pemerintahan Orde Baru.
Melalui novel ini, Noor mengajak pembaca untuk merenung tentang nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan tanggung jawab sejarah, serta bagaimana mereka yang dianggap "pembangkang" atau "musuh negara" pada masa tersebut seringkali menjadi korban kebijakan yang tidak adil.
Buku-buku yang mengangkat tema Orde Baru, seperti Tetralogi Buru, Pulang, Laut Bercerita, Amba, dan Saksi, bukan hanya menawarkan cerita yang menarik, tetapi juga memberi wawasan tentang bagaimana sejarah Indonesia terjalin dengan kehidupan sosial dan pribadi masyarakat. Karya-karya ini membuka ruang untuk merenung tentang apa yang telah terjadi pada masa Orde Baru, serta bagaimana peristiwa-peristiwa tersebut membentuk identitas bangsa hingga saat ini. Bagi Anda yang ingin lebih mendalami dinamika sosial-politik masa lalu Indonesia, karya-karya ini bisa menjadi pintu untuk memahami dan merenungkan sejarah melalui lensa sastra yang penuh makna.