Waitatiri, alumni Universitas Indonesia (UI) yang kini menempuh pendidikan di Harvard University berkat beasiswa LPDP, baru-baru ini mencuri perhatian publik. Buku karya Wai, panggilan akrabnya, yang mengangkat isu bullying pada anak-anak, kini dijadikan bahan ajar di salah satu universitas terkemuka di dunia tersebut. Keberhasilan ini tentu menjadi kebanggaan tersendiri, tidak hanya bagi Wai, tetapi juga bagi Indonesia sebagai negara asalnya.
Buku yang berjudul The Missing Colors ini merupakan buku bergambar yang menceritakan perjalanan seorang anak yang menjadi korban bullying di sekolah, kemudian bangkit kembali. Dalam buku ini, Wai menggunakan perumpamaan warna-warna untuk menggambarkan emosi yang dirasakan oleh penyintas bullying. Metode ini dipilih Wai agar anak-anak yang membaca buku tersebut dapat lebih mudah memahami perasaan yang sering kali sulit diungkapkan, seperti perasaan cemas, kesedihan, dan kebingungannya. Konsep warna sebagai perasaan ini bertujuan untuk memberikan cara yang lebih visual dan mudah dipahami bagi anak-anak yang mungkin belum cukup mampu untuk menyampaikan emosi mereka dengan kata-kata.
Wai menuturkan bahwa penulisan buku ini didasari oleh keprihatinannya terhadap fenomena bullying yang masih marak terjadi di sekolah-sekolah. “Saya ingin anak-anak tahu bahwa mereka tidak sendirian, dan ada cara untuk bangkit setelah menghadapi masa sulit. Saya berharap buku ini bisa membantu mereka untuk mengenali dan mengatasi emosi yang mereka rasakan,” ujar Wai saat ditemui dalam sebuah wawancara.
Saat ini, buku The Missing Colors telah menjadi bahan ajar di beberapa kelas di Harvard University, khususnya dalam mata kuliah yang membahas tentang psikologi anak dan pendidikan. Hal ini menjadi sebuah pencapaian luar biasa bagi Wai, karena bukunya dapat digunakan sebagai alat bantu untuk mengajarkan mahasiswa mengenai pentingnya empati dan pemahaman terhadap isu-isu sosial seperti bullying. Dengan diterimanya buku ini sebagai bahan ajar di lingkungan akademik internasional, Wai berharap semakin banyak orang yang peduli dengan isu bullying dan memberikan perhatian lebih terhadap dampak negatif yang ditimbulkan, terutama pada anak-anak.
Waitatiri yang sebelumnya menempuh pendidikan di jurusan Sastra Jerman UI, melanjutkan studi di Harvard University di jurusan Learning Design, Information and Technology berkat beasiswa LPDP. Perjalanan akademiknya yang luar biasa menunjukkan bahwa Wai memiliki komitmen tinggi terhadap dunia pendidikan dan pengembangan diri. Selain menulis buku, Wai juga memiliki pengalaman profesional sebagai copywriter dan creative marketing, serta memiliki semangat tinggi dalam dunia edukasi. Hal ini terbukti dari inisiatifnya dalam program PonselUntukSekolah pada tahun 2020, yang bertujuan untuk menyediakan smartphone dan paket internet bagi anak-anak yang membutuhkan, guna mendukung pembelajaran jarak jauh (PJJ).
Program PonselUntukSekolah yang digagas Wai pada masa pandemi Covid-19 ini menjadi solusi nyata bagi banyak anak-anak yang kesulitan mengikuti pembelajaran online karena keterbatasan akses teknologi. Program ini berhasil menyalurkan 20 smartphone lengkap dengan paket internet untuk digunakan oleh anak-anak dan orang tua yang membutuhkan. Inisiatif sosial Wai ini mendapat sambutan positif dari masyarakat dan memberikan dampak langsung bagi pendidikan anak-anak yang terdampak oleh pandemi. Program tersebut juga menginspirasi banyak orang untuk lebih peduli dengan kebutuhan pendidikan anak-anak yang kurang mampu.
Buku The Missing Colors dan program sosial Wai adalah contoh nyata bagaimana seorang individu dapat berperan dalam menciptakan perubahan sosial melalui pendidikan dan karya-karya yang bermakna. Tidak hanya mengedukasi tentang pentingnya empati dan solidaritas terhadap sesama, Wai juga mengajak masyarakat untuk lebih aktif berkontribusi dalam mengatasi masalah sosial yang ada di sekitar mereka.
Selain itu, dengan pengakuan dunia internasional atas karyanya, Waitatiri menjadi contoh inspiratif bagi generasi muda Indonesia. Wai menunjukkan bahwa karya sederhana yang berfokus pada isu sosial dapat memiliki dampak yang luas, bahkan di tingkat global. Keberhasilannya menginspirasi banyak orang, khususnya anak muda Indonesia, untuk berani mengungkapkan pandangan dan karya mereka serta memberikan kontribusi positif bagi masyarakat. Sebagai alumni UI yang kini berkuliah di Harvard, Wai membuktikan bahwa dengan semangat belajar, kepedulian sosial, dan dedikasi, seseorang dapat meraih prestasi yang luar biasa dan memberi dampak besar bagi dunia.
Ke depan, Wai berencana untuk terus mengembangkan ide-ide inovatif dalam dunia pendidikan, dengan harapan bisa memberikan kontribusi lebih besar dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif dan ramah bagi semua anak. Buku The Missing Colors hanyalah awal dari perjalanan panjangnya dalam mengangkat isu-isu sosial dan menciptakan perubahan positif dalam masyarakat. Dengan semangat yang terus menyala, Wai bertekad untuk terus belajar, berkarya, dan menginspirasi.