Jakarta, 23 Maret 2025 – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen. Pol. Eddy Hartono, S.I.K., M.H., mengapresiasi peluncuran buku Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah karya Dr. Noor Huda Ismail. Buku ini dinilai sebagai narasi alternatif yang dapat mengedukasi masyarakat mengenai bahaya paham radikalisme serta mencegah penyebarannya di Indonesia.
Sampul Buku Anak Negeri Di Pusaran Konflik Suriah
"Buku ini menjadi sarana edukasi bagi masyarakat, baik anak di bawah umur maupun orang dewasa, agar memahami bahaya paham radikal terorisme. Dengan meningkatnya literasi masyarakat, diharapkan penyebaran ideologi ekstremisme dapat diminimalisir," ujar Eddy Hartono saat menghadiri peluncuran buku dan pemutaran film Road to Resilience di Perpustakaan Nasional RI, Jakarta, Kamis (27/2).Ia menambahkan bahwa buku tersebut tidak hanya mengandung informasi mengenai radikalisme, tetapi juga menyampaikan pesan perdamaian yang dapat meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap ancaman ekstremisme berbasis kekerasan. Menurutnya, narasi alternatif seperti yang disajikan dalam buku ini sangat diperlukan untuk melawan propaganda kelompok radikal yang sering menyasar generasi muda melalui media sosial dan platform digital.
Penulis buku, Dr. Noor Huda Ismail, menjelaskan bahwa buku Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah dan film Road to Resilience dirancang sebagai alat komunikasi strategis dalam upaya pencegahan ekstremisme. Keduanya diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam mendukung keberlanjutan Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme (RAN PE) 2025–2029.
"Dalam implementasi RAN PE, BNPT bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan, baik dari unsur pemerintah maupun nonpemerintah. Saya sendiri diminta untuk merancang strategi komunikasi dalam upaya pencegahan radikalisme dan terorisme, salah satunya melalui transmedia storytelling seperti film dan buku," jelas Noor Huda.
Ia menambahkan bahwa buku ini memberikan gambaran tentang latar belakang Warga Negara Indonesia (WNI) yang terafiliasi dengan konflik di Suriah, baik yang bergabung secara sukarela maupun mereka yang terjebak dalam pusaran konflik. Dengan memahami faktor-faktor yang mendorong individu untuk terlibat dalam jaringan terorisme, diharapkan masyarakat dapat lebih waspada dan tidak mudah terpengaruh oleh propaganda radikal.
Lebih lanjut, Noor Huda menekankan bahwa pendekatan transmedia storytelling menjadi strategi efektif dalam menyampaikan pesan-pesan deradikalisasi. Menurutnya, media visual seperti film dapat menjangkau lebih banyak audiens, terutama generasi muda yang lebih aktif mengakses informasi melalui media digital.
Peluncuran buku dan film ini mendapat dukungan dari berbagai pihak sebagai bentuk upaya memperkuat narasi perdamaian dan mencegah penyebaran ideologi ekstremisme di Indonesia. Dengan semakin banyaknya literatur dan media yang mengedukasi masyarakat tentang bahaya radikalisme, diharapkan upaya deradikalisasi dan pencegahan terorisme dapat berjalan lebih efektif.