Jakarta, 9 Maret 2025 – Puisi legendaris "Aku" karya Chairil Anwar kini terpampang di dua stasiun kereta bawah tanah di Seoul, Korea Selatan. Karya sastra Indonesia tersebut dipajang dalam bahasa Indonesia dan Korea di Stasiun Yeouido (Jalur 5) serta Stasiun Gangnam (Jalur 2) sejak 2023. Inisiatif ini merupakan bagian dari Program Puisi Multinasional yang digagas Pemerintah Kota Seoul untuk memperkenalkan sastra dunia kepada masyarakat Korea.
Program ini diselenggarakan oleh Seoul Metro bekerja sama dengan komunitas sastra dan kedutaan besar dari berbagai negara. Puisi Aku, yang ditulis oleh Chairil Anwar pada 1943, dipilih sebagai representasi Indonesia dalam program ini. Terjemahan dalam bahasa Korea turut disertakan, memungkinkan masyarakat setempat memahami makna kuat yang terkandung dalam puisi tersebut.
Puisi
karya Chairil Anwar terpampang di Stasiun Bawah Tanah KRL Seoul, Korsel.
(Tangkapan layar instagram @indonesiainseoul)
Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan, Gandi Sulistiyanto, mengungkapkan apresiasinya atas penghormatan ini.
“Ini adalah langkah penting dalam memperkenalkan sastra Indonesia ke dunia. Puisi Chairil Anwar tidak hanya mencerminkan semangat perjuangan, tetapi juga memberikan inspirasi bagi banyak orang,” ujarnya.
Warga Seoul yang melintas di stasiun pun menunjukkan ketertarikan terhadap puisi tersebut. Beberapa pengunjung bahkan mengabadikan puisi Aku dalam foto dan membagikannya di media sosial. Salah satu warga Korea Selatan, Kim Ji-hoon, mengungkapkan kekagumannya terhadap puisi itu.
“Bahasanya sangat kuat dan penuh emosi. Ini pertama kalinya saya membaca puisi dari Indonesia, dan saya sangat terkesan,” katanya.
Pengamat
sastra, Maman S. Mahayana, menilai kehadiran Aku di subway Seoul sebagai
pencapaian bagi sastra Indonesia. “Chairil Anwar adalah ikon sastra yang
karyanya tak lekang oleh waktu. Ini membuktikan bahwa puisi Indonesia memiliki
daya tarik universal,” jelasnya.
Puisi
Aku dikenal sebagai salah satu karya terbesar dalam sejarah sastra Indonesia.
Dengan gaya bahasa yang lugas dan penuh semangat, puisi ini merefleksikan sikap
pemberontakan serta keteguhan seorang individu dalam menghadapi tantangan
hidup. Karya ini telah menginspirasi banyak generasi dan kini semakin mendapat
perhatian di kancah internasional.
Pemasangan
puisi ini dijadwalkan berlangsung selama satu bulan sebagai bagian dari
kampanye literasi global. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi juga menyatakan harapannya agar lebih banyak
karya sastra Indonesia yang dapat dipromosikan di berbagai negara.
Dengan
hadirnya puisi Chairil Anwar di subway Seoul, sastra Indonesia semakin
mendapatkan tempat di panggung dunia, membuktikan bahwa karya-karya klasik
tetap relevan dan mampu menjangkau audiens yang lebih luas.