Friday, April 25, 2025

Sejarah di Balik 23 April Sebagai Hari Buku Sedunia

Setiap tanggal 23 April, dunia merayakan Hari Buku Sedunia. Namun, di balik perayaan tahunan ini, tersimpan kisah sejarah panjang yang melibatkan para maestro sastra dunia, perjuangan literasi, dan semangat membaca yang terus dijaga dari generasi ke generasi.

Tidak banyak yang tahu bahwa tanggal 23 April bukan sekadar tanggal biasa dalam kalender dunia sastra. Di balik perayaan Hari Buku Sedunia atau World Book and Copyright Day, terdapat benang merah sejarah yang mempertemukan para sastrawan legendaris dan tujuan mulia, yaitu menyebarkan literasi ke seluruh penjuru dunia.

Penetapan 23 April sebagai Hari Buku Sedunia pertama kali diprakarsai oleh UNESCO pada tahun 1995 dalam Konferensi Umum ke-28 yang digelar di Paris. Tujuannya sederhana namun besar dampaknya yaitu untuk menghormati karya para penulis dan mendorong semua kalangan, dari anak-anak hingga dewasa, untuk mencintai membaca dan menghargai hak cipta karya tulis.

Namun, mengapa 23 April? Ternyata, tanggal ini menyimpan sejarah yang cukup dramatis dalam dunia kesusastraan. Dua penulis raksasa dalam sejarah dunia, William Shakespeare dari Inggris dan Miguel de Cervantes dari Spanyol, sama-sama tutup usia pada 23 April 1616. Meski sebenarnya Cervantes wafat pada 22 April dan dimakamkan pada 23 April, perbedaan kalender Julian dan Gregorian kala itu membuat tanggal kematian keduanya seolah-olah bertepatan. Di samping itu, pada tanggal yang sama, juga tercatat sebagai hari meninggalnya Inca Garcilaso de la Vega, seorang penulis penting asal Peru.

Momentum itu pun dimaknai sebagai simbol kekuatan dan daya tahan literatur. Hari ini menjadi semacam pengingat bahwa buku adalah warisan budaya paling abadi yang dimiliki umat manusia. Melalui buku, pengetahuan, nilai-nilai, serta semangat perubahan terus hidup, bahkan melampaui waktu dan kematian para penulisnya.

Di banyak negara, Hari Buku Sedunia dirayakan dengan cara yang unik dan kreatif. Di Spanyol, khususnya di wilayah Catalonia, masyarakat memiliki tradisi memberi hadiah berupa buku dan bunga mawar kepada orang terkasih. Tradisi ini dikenal sebagai La Diada de Sant Jordi atau Hari Santo George, di mana cinta dan literasi bertemu dalam satu perayaan yang hangat.

Di Indonesia sendiri, perayaan Hari Buku Sedunia mulai mendapat perhatian dalam beberapa tahun terakhir. Perpustakaan-perpustakaan umum, komunitas literasi, hingga sekolah-sekolah mulai aktif menggelar acara seperti bazar buku, diskusi literasi, pertukaran buku, hingga pembacaan puisi bersama. Tak sedikit juga toko buku yang memberikan diskon khusus untuk menyemarakkan momen ini.

Salah satu penggerak literasi di Jakarta, Tania Rizal, menyebut bahwa Hari Buku Sedunia bisa menjadi momentum kebangkitan minat baca, terutama di kalangan generasi muda. “Kita sedang berhadapan dengan era digital, di mana perhatian orang lebih banyak ke layar ponsel daripada halaman buku. Tapi lewat perayaan ini, kita ingin mengingatkan bahwa membaca buku masih relevan dan penting,” ujarnya.

Tak hanya penting untuk peningkatan wawasan, membaca buku juga terbukti dapat mengasah empati dan imajinasi. Hal ini diamini oleh beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa pembaca aktif cenderung memiliki kemampuan memahami perasaan orang lain lebih baik, karena mereka terbiasa ‘masuk’ ke dalam pikiran tokoh-tokoh dalam cerita yang mereka baca.

Selain itu, Hari Buku Sedunia juga bertujuan untuk menyoroti pentingnya perlindungan hak cipta. Di tengah maraknya pembajakan buku, baik secara fisik maupun digital, kesadaran akan pentingnya menghargai karya tulis menjadi semakin mendesak. Para penulis, editor, hingga ilustrator, semua bekerja keras untuk menghadirkan satu karya utuh yang layak dihargai dan dilindungi.

Menjelang akhir April, mari kita renungkan kembali hubungan kita dengan buku. Apakah kita masih menyisihkan waktu untuk membaca? Apakah kita sudah mengenalkan budaya membaca kepada anak-anak atau adik kita? Hari Buku Sedunia seolah menjadi ajakan halus untuk kembali bersentuhan dengan halaman-halaman yang selama ini mungkin terabaikan.

Sebab di balik setiap buku, tersimpan dunia-dunia baru yang menanti untuk dijelajahi—dan tanggal 23 April adalah pengingat setiap tahunnya. 

Bacaan Wajib Generasi Z untuk Masa Depan yang Cerah

  Membaca merupakan salah satu cara terbaik bagi generasi muda untuk memperluas wawasan, memperkaya pemikiran, dan menemukan inspirasi dalam...