Sunday, May 18, 2025

Ngobrol Buku di Mad Tea Book Club

Setiap bulan, ratusan mata tertuju pada layar yang sama—bukan untuk rapat kerja, bukan pula demi presentasi sekolah. Tapi demi satu hal yang tak kalah penting: berbagi cerita lewat buku. Itulah yang terjadi di Mad Tea Book Club, sebuah komunitas daring yang belakangan ini mencuri perhatian para bookworm, pembelajar bahasa Inggris, dan siapa pun yang rindu ruang aman untuk berdiskusi tanpa takut salah.

Komunitas ini lahir pada Maret 2021, di tengah masa pandemi yang sunyi dan membatasi banyak interaksi. Tiga perempuan—Sherry, Airin, dan Krisan—memulai inisiatif ini bukan dari niat besar, tapi dari kerinduan akan percakapan yang bermakna. Mereka ingin menciptakan ruang santai, di mana siapa pun bisa berbicara dalam bahasa Inggris tanpa takut salah grammar atau dihakimi karena aksen.

Alih-alih formal seperti kelas bahasa, Mad Tea Book Club justru lebih mirip seperti ruang tamu yang hangat. Di sinilah diskusi tumbuh dengan ringan, kadang diselingi tawa, kadang juga menyentuh sisi emosional dari sebuah buku. Mulai dari novel klasik, fiksi kontemporer, hingga tema-tema seperti buku-buku yang pernah dilarang terbit, semuanya dibedah bersama-sama.

Sesi-sesinya rutin diadakan setiap bulan, biasanya di malam hari, agar bisa menjangkau peserta dari berbagai zona waktu. Formatnya bervariasi, mulai dari silent reading session, diskusi terbuka, hingga sesi spesial bersama penulis tamu. Salah satu sesi paling dikenang adalah ketika komunitas ini menghadirkan Lucille Abendanon, penulis dan jurnalis internasional, yang berbagi proses kreatif dan kisah di balik tulisannya.

Bukan hanya buku yang jadi topik hangat—tapi juga kehidupan, pengalaman, dan refleksi personal. Banyak peserta yang datang bukan hanya untuk membaca, tetapi juga untuk merasa terhubung. Seorang anggota dari luar negeri bahkan menulis testimoni: “I met the sweetest of people… it was so fun hearing them talk about books and their lives.”

Kekuatan Mad Tea Book Club justru terletak pada semangatnya untuk menerima semua orang, tak peduli level kemampuan bahasa Inggrisnya. Tak jarang peserta pertama kali datang dengan gugup, tapi pulang dengan senyum lebar karena merasa dihargai dan tidak sendirian. Di sinilah belajar jadi sesuatu yang menyenangkan dan bersahabat.

Kini, komunitas ini memiliki ribuan pengikut di Instagram dan X (@madteabookclub), dengan ratusan anggota aktif yang bergantian hadir setiap bulannya. Semua kegiatan diumumkan secara terbuka—biasanya seminggu sebelum sesi berlangsung—dan siapa pun bisa ikut, tanpa biaya, tanpa syarat.

Karena di Mad Tea Book Club, teh bukan hanya sekadar minuman hangat. Ia menjadi simbol dari kebersamaan, kenyamanan, dan percakapan yang bermakna. Di tengah dunia yang serba cepat dan penuh tuntutan, komunitas ini mengingatkan kita bahwa kadang, yang paling kita butuhkan hanyalah buku bagus, teman bicara, dan secangkir teh yang tenang.

Bacaan Wajib Generasi Z untuk Masa Depan yang Cerah

  Membaca merupakan salah satu cara terbaik bagi generasi muda untuk memperluas wawasan, memperkaya pemikiran, dan menemukan inspirasi dalam...