Langit sastra Indonesia kembali bersinar dengan kabar kembalinya Kusala Sastra Khatulistiwa (KSK), salah satu penghargaan sastra paling bergengsi di tanah air. Setelah vakum selama tiga tahun pasca wafatnya sang pendiri, Richard Oh, pada April 2022, ajang ini akhirnya kembali diadakan pada tahun 2025.
Sesi konferensi pers Kusala Sastra Khatulistiwa di
Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Senin
(20/1). Dok: Validnews/ Andesta.
Bukan
tanpa alasan KSK sempat terhenti. Kepergian Richard Oh meninggalkan kekosongan
yang begitu besar dalam dunia sastra. Namun, kecintaan dan dedikasi Richard
terhadap sastra tidak berhenti begitu saja. Pada tahun 2024, Pratiwi Juliani,
istri Richard, bersama adiknya, Linda Oh, mendirikan Yayasan Richard Oh Kusala
Indonesia (YRKI) sebagai bentuk penghormatan dan kelanjutan dari semangat yang
telah dibangun Richard selama bertahun-tahun. Melalui yayasan inilah, Kusala
Sastra Khatulistiwa kembali hadir, membawa harapan baru bagi para sastrawan
Indonesia.
Sejak
pertama kali diselenggarakan pada tahun 2001, Kusala Sastra Khatulistiwa telah
menjadi ajang yang dinantikan oleh para penulis dan pecinta sastra. Setiap
tahunnya, penghargaan ini selalu menghadirkan nama-nama besar dalam dunia
literasi Indonesia. Namun, di tahun 2025, ada sesuatu yang berbeda.
Untuk
pertama kalinya, Kusala Sastra Khatulistiwa menghadirkan tiga kategori
penghargaan, yaitu buku puisi, novel, dan cerpen. Keputusan ini bukan sekadar
perubahan format, tetapi juga upaya untuk memberikan ruang lebih besar bagi
cerpen—sebuah genre yang memiliki peran penting dalam sejarah sastra Indonesia.
"Cerpen memainkan peran penting dalam tradisi sastra kita. Dengan adanya kategori khusus ini, kami ingin memberikan apresiasi lebih besar kepada para penulis cerpen yang selama ini mungkin kurang mendapat sorotan," ujar Pratiwi Juliani dalam siaran pers yang diterima pada Rabu (22/1/2025).
Tidak
hanya itu, ajang tahun ini juga membawa kabar gembira bagi para penulis. Selain
hadiah utama senilai Rp 75 juta untuk masing-masing kategori, KSK 2025 juga
menghadirkan tambahan hadiah berupa pembelian buku pemenang senilai Rp 25 juta.
Buku-buku ini nantinya akan disebarkan ke sekolah, komunitas, perpustakaan, dan
taman bacaan masyarakat, sehingga semakin banyak pembaca yang dapat menikmati
karya-karya sastra berkualitas.
Dengan
demikian, setiap pemenang akan membawa pulang total hadiah sebesar Rp 100
juta—jumlah yang cukup besar untuk mendukung para penulis dalam berkarya lebih
lanjut.
Bagi
para penulis yang ingin berpartisipasi, ada beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi. Karya yang dikirimkan harus berupa buku cetak yang diterbitkan
pertama kali pada tahun 2024 dan ditulis dalam bahasa Indonesia.
Setiap kategori memiliki ketentuan tersendiri:
- Cerpen: Minimal dua cerpen dalam satu buku
- Novel: Minimal 30.000 kata
- Puisi: Minimal 40 puisi atau satu puisi panjang dengan total 40 halaman
Peserta
juga diwajibkan mengirimkan dua eksemplar dari setiap judul yang diajukan,
lengkap dengan biodata penulis dan informasi kontak.
Semua
karya yang ingin diikutsertakan harus diterima paling lambat Kamis (20/2/2025)
sesuai cap pos dengan alamat pengiriman ke Kusala Sastra Khatulistiwa 2025, ED
Cluster No. 2A, Jalan Gunung Indah V, Cirendeu, Ciputat Timur, Tangerang
Selatan, Banten 15445.
Setelah
proses seleksi awal, daftar panjang dan daftar pendek karya terbaik akan
diumumkan. Puncaknya, malam penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa 2025 akan
digelar, dengan waktu dan tempat yang akan diinformasikan lebih lanjut.
Dalam
proses seleksi ini, YRKI telah menunjuk tiga kurator berpengalaman, yaitu Nezar
Patria, Eka Kurniawan, dan Hasan Aspahani, untuk memastikan hanya karya-karya
terbaik yang akan meraih penghargaan.
Kembalinya
Kusala Sastra Khatulistiwa membawa semangat baru bagi dunia literasi Indonesia.
Lebih dari sekadar penghargaan, ajang ini adalah bentuk apresiasi yang nyata
bagi para penulis yang terus berkarya.
"Dengan proses seleksi yang ketat, Kusala Sastra Khatulistiwa tidak hanya menghadirkan karya-karya terbaik, tetapi juga memastikan bahwa sastra Indonesia terus relevan dengan perkembangan zaman," tutur Pratiwi Juliani.
Kini,
setelah tiga tahun vakum, Kusala Sastra Khatulistiwa bukan hanya sekadar
kembali—ia hadir dengan wajah baru, dengan harapan baru, dan dengan semangat
yang lebih besar untuk membawa sastra Indonesia ke panggung yang lebih luas.
Bagi
para penulis, inilah saatnya untuk kembali mengangkat pena, merangkai kata, dan
menghadirkan cerita yang menginspirasi. Sebab, sastra adalah tentang bagaimana
kita mengabadikan kehidupan, dan Kusala Sastra Khatulistiwa 2025 adalah
panggung untuk mereka yang berani bercerita.
Teks: Intan Safitri