Monday, March 17, 2025

Kembalinya Penghargaan Bergengsi Sastra Indonesia, Kusala Sastra Khatulistiwa

Langit sastra Indonesia kembali bersinar dengan kabar kembalinya Kusala Sastra Khatulistiwa (KSK), salah satu penghargaan sastra paling bergengsi di tanah air. Setelah vakum selama tiga tahun pasca wafatnya sang pendiri, Richard Oh, pada April 2022, ajang ini akhirnya kembali diadakan pada tahun 2025.

Sesi konferensi pers Kusala Sastra Khatulistiwa di Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Senin (20/1). Dok: Validnews/ Andesta.

Bukan tanpa alasan KSK sempat terhenti. Kepergian Richard Oh meninggalkan kekosongan yang begitu besar dalam dunia sastra. Namun, kecintaan dan dedikasi Richard terhadap sastra tidak berhenti begitu saja. Pada tahun 2024, Pratiwi Juliani, istri Richard, bersama adiknya, Linda Oh, mendirikan Yayasan Richard Oh Kusala Indonesia (YRKI) sebagai bentuk penghormatan dan kelanjutan dari semangat yang telah dibangun Richard selama bertahun-tahun. Melalui yayasan inilah, Kusala Sastra Khatulistiwa kembali hadir, membawa harapan baru bagi para sastrawan Indonesia.

Sejak pertama kali diselenggarakan pada tahun 2001, Kusala Sastra Khatulistiwa telah menjadi ajang yang dinantikan oleh para penulis dan pecinta sastra. Setiap tahunnya, penghargaan ini selalu menghadirkan nama-nama besar dalam dunia literasi Indonesia. Namun, di tahun 2025, ada sesuatu yang berbeda.

Untuk pertama kalinya, Kusala Sastra Khatulistiwa menghadirkan tiga kategori penghargaan, yaitu buku puisi, novel, dan cerpen. Keputusan ini bukan sekadar perubahan format, tetapi juga upaya untuk memberikan ruang lebih besar bagi cerpen—sebuah genre yang memiliki peran penting dalam sejarah sastra Indonesia.

"Cerpen memainkan peran penting dalam tradisi sastra kita. Dengan adanya kategori khusus ini, kami ingin memberikan apresiasi lebih besar kepada para penulis cerpen yang selama ini mungkin kurang mendapat sorotan," ujar Pratiwi Juliani dalam siaran pers yang diterima pada Rabu (22/1/2025).

Tidak hanya itu, ajang tahun ini juga membawa kabar gembira bagi para penulis. Selain hadiah utama senilai Rp 75 juta untuk masing-masing kategori, KSK 2025 juga menghadirkan tambahan hadiah berupa pembelian buku pemenang senilai Rp 25 juta. Buku-buku ini nantinya akan disebarkan ke sekolah, komunitas, perpustakaan, dan taman bacaan masyarakat, sehingga semakin banyak pembaca yang dapat menikmati karya-karya sastra berkualitas.

Dengan demikian, setiap pemenang akan membawa pulang total hadiah sebesar Rp 100 juta—jumlah yang cukup besar untuk mendukung para penulis dalam berkarya lebih lanjut.

Bagi para penulis yang ingin berpartisipasi, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Karya yang dikirimkan harus berupa buku cetak yang diterbitkan pertama kali pada tahun 2024 dan ditulis dalam bahasa Indonesia.

Setiap kategori memiliki ketentuan tersendiri:

  • Cerpen: Minimal dua cerpen dalam satu buku
  • Novel: Minimal 30.000 kata
  • Puisi: Minimal 40 puisi atau satu puisi panjang dengan total 40 halaman

Peserta juga diwajibkan mengirimkan dua eksemplar dari setiap judul yang diajukan, lengkap dengan biodata penulis dan informasi kontak.

Semua karya yang ingin diikutsertakan harus diterima paling lambat Kamis (20/2/2025) sesuai cap pos dengan alamat pengiriman ke Kusala Sastra Khatulistiwa 2025, ED Cluster No. 2A, Jalan Gunung Indah V, Cirendeu, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten 15445.

Setelah proses seleksi awal, daftar panjang dan daftar pendek karya terbaik akan diumumkan. Puncaknya, malam penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa 2025 akan digelar, dengan waktu dan tempat yang akan diinformasikan lebih lanjut.

Dalam proses seleksi ini, YRKI telah menunjuk tiga kurator berpengalaman, yaitu Nezar Patria, Eka Kurniawan, dan Hasan Aspahani, untuk memastikan hanya karya-karya terbaik yang akan meraih penghargaan.

Kembalinya Kusala Sastra Khatulistiwa membawa semangat baru bagi dunia literasi Indonesia. Lebih dari sekadar penghargaan, ajang ini adalah bentuk apresiasi yang nyata bagi para penulis yang terus berkarya.

"Dengan proses seleksi yang ketat, Kusala Sastra Khatulistiwa tidak hanya menghadirkan karya-karya terbaik, tetapi juga memastikan bahwa sastra Indonesia terus relevan dengan perkembangan zaman," tutur Pratiwi Juliani.

Kini, setelah tiga tahun vakum, Kusala Sastra Khatulistiwa bukan hanya sekadar kembali—ia hadir dengan wajah baru, dengan harapan baru, dan dengan semangat yang lebih besar untuk membawa sastra Indonesia ke panggung yang lebih luas.

Bagi para penulis, inilah saatnya untuk kembali mengangkat pena, merangkai kata, dan menghadirkan cerita yang menginspirasi. Sebab, sastra adalah tentang bagaimana kita mengabadikan kehidupan, dan Kusala Sastra Khatulistiwa 2025 adalah panggung untuk mereka yang berani bercerita.


Teks: Intan Safitri




Bacaan Wajib Generasi Z untuk Masa Depan yang Cerah

  Membaca merupakan salah satu cara terbaik bagi generasi muda untuk memperluas wawasan, memperkaya pemikiran, dan menemukan inspirasi dalam...